Pages

Monday, June 13, 2016

Komoditas Tambang Mangan

Komoditas tambang mangan adalah campuran logam besi yang sangat penting bukan saja untuk membuat baja mangan (Ferromangan Steel) tetapi juga untuk baja karbon mangan. Hampir 95% mangan dimanfaatkan untuk keperluan metalurgi dan hanya sebagian kecil untuk campuran logam dan “bronze”.

http://baloary.blogspot.co.id/
Komoditas Tambang Mangan
Bahan galian mangan yang bersifat komersil adalah pirolusit, psilomelan, manganit, hausmanit, rhodokrosit, rhodonit, braunit, dan bementil.

Keterdapatan komoditas tambang mangan di Kabupaten Bengkayang ditemukan di Daerah Jelatok Desa Seren Selimbau Kecamatan Lumar. Jarak tempuh dari Ibukota Kabupaten menuju kesampaian lokasi sekitar 30 km dengan waktu tempuh ± 1 jam.

Ciri-ciri dan sifat komoditas tambang mangan yang ditemukan yaitu melensa, terdapat pada batuan Formasi Banan (Rub) yang terdiri dari batulanau, tufa, batupasir tufaan, dan pada batuan dasit bawang (Teb), dimana mangan berasal dari batuan yang kaya akan mineral kuarsa (porfiri kuarsa).

Mineralisasi mangan berkembang dan membentuk “gang” urat-urat pada batuan tufa sedang pada batulanau dan dasit hanya mengisi antar breksi (breksi filling) atau sekitar kontak batuan yang terterobos, berasosiasi dengan kuarsa dan pirit. Pada Formasi Sungai Betung (Jls) ada indikasi mineralisasi mangan namun sangat kecil sekali.

Bentuk mangan di daerah ini sangat bervariasi baik warna maupun jenisnya. Mangan yang terdapat pada urat atau retas masih dalam keadaan segar (fresh) dan belum mengalami pelapukan pada umumnya berwarna merah (rhodonit), hitam berstruktur batang dan serabut (manganit), atau merupakan percampuran antara yang berwarna merah dengan yang berwarna hitam atau kecoklatan. Mangan berbentuk urat yang telah mengalami pelapukan (oksidasi) kuat, akan berbentuk komponen-komponen bongkah diantara soil hasil pelapukan material lainnya, berwarna hitam dengan goresan coklat gelap (psilomelan), kadang kala berbentuk butir massif, berwarna sangat hitam rapuh, dengan warna goresan hitam (pirolusif), bercampur dengan soil yang berwarna merah coklat.

Pada daerah oksidasi yang kuat ini mutu/kualitas mangan ini sangat baik. Hal ini menandakan bahwa pelapukan akan meningkatkan mutu dari mangan, karena pelapukan sifatnya mengoksidasi,sedangkan mangan stabil dalam bentuk oksida (pirolusit, psilomelan) dibanding dalam bentuk silikat (rhodonit, braunit) dan karbonat (rhodokrosit) dan sisa-sisa unsur selain mangan oksida akan membentuk tanah (soil).

Sehingga dalam “ore body” lapukan mangan yang belum terganggu (undistrub) atau “transported mangan” akan merupakan komponen-komponen dalam soil. Hal tersebut diatas akan mempermudah dalam eksplorasi permukaan di daerah pelapukan untuk melokalisir daerah sebaran “ore body” insitu dibandingkan dengan kumpulan bongkah mangan transported.

Mineralisasi di daerah breksiasi apabila batuan induk rapuh, dan reaktif seperti tufa, maka akan terjadi kontaminasi, asimilasi dan percampuran dengan material batuan induk yang mana hal ini akan menurunkan mutu dari mangan, tapi apabila batuan induk itu sifatnya keras dan tak reaktif seperti batupasir, batulanau atau batuan beku, maka mineralisasi mangan hanya akan mengisi antar breksi saja, bahkan “cleavage” atau rekahan dari batuan induk tersebut hanya diisi oleh mineral pirit dan mineral silika sekunder tanpa mampu diisi oleh mangan. Apabila badan breksiasi bermangan itu lapuk, maka pada soilnya akan ditemukan kerikil-kerikil dari oksida mangan dan komponen batuan terkesikan yang berasal dari komponen breksi yang terbungkus oleh mangan pada waktu terjadi pengisian mineralisasi mangan (pengisian antar breksi).

http://baloary.blogspot.co.id/
Keterdapatan Mangan di Daerah Jelatok 

Berikut ini manfaat dan kegunaan komoditas tambang mangan:
1. Sekitar 95% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja;
2. Penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain;
3.  Sebagai depolarizer;
4.  Sebagai sel kering baterai;
5.  Untuk menghilangkan warna hijau pada gelas;
6.  Bahan dasar industri baterai;
7.  Bahan dasar indutri korek api.

Sebaran mangan di Kecamatan Lumar Desa Seren Selimbau terdapat di Daerah Jelatok Bukit Sansan  (kadar Mn 33,80-42,28%, MnO2 51,18%-60,19%); Bukit Tansan (kadar Mn 25,02-32,97% , MnO2 37,07-48,43%); Bukit Sekere (kadar Mn 22,99-49,30% , MnO2 21,09-72,66%) dengan perhitungan sumber daya hipotetik sebesar 796.875 ton bijih Mn dengan luas sebaran ± 135 hektar.

Hingga saat ini tahapan eksplorasi lanjutan belum dapat dilakukan, dikarenakan sebagian wilayah keterdapatan komoditas tambang mangan masuk ke dalam kawasan hutan produksi.

Sumber Referensi:
1. Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
2. Rusmana, E. dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Sambas/Siluas, Kalimantan, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
3.  PT. Katingan Sumber Mineral, Tahun 2008, Laporan Eksplorasi Kuasa Pertambangan di Kabupaten Bengkayang.
4.  Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bengkayang, Tahun 2010, Penelitian dan Pendataan Potensi Tambang.

Sunday, June 12, 2016

Cebakan Emas Primer

Artikel ini merupakan gambaran geologi regional keterdapatan cebakan emas primer di Kabupaten Bengkayang dan sebagai sumber utama pengayaan endapan emas alluvial yang dijumpai di beberapa tempat.

Cebakan emas primer ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal.

Baca artikel terkait : Tinjauan Geologi Regional

Berdasarkan beberapa penyelidik terdahulu batuan alas di Kalimantan Barat tersusun oleh litologi batuan beku meta, sediment meta, granit dan batuan mafik/ultra mafik. Batuan alas berumur Pra Tersier yang telah mengalami deformasi tekanan dan pemalihan, pada orogenesa Kapur-Tersier diterobos dan ditutupi oleh batuan gunung api dan subvulkanik berkomposisi menengah sampai mafik.

Batuan ofiolit dan sediment samudra dari Komplek Mafik Danau dan Kapuas Terdeformasi ke dalam suatu baji akresi berumur Kapur Awal selama penunjaman ke arah selatan di bawah benua yang sekarang diwakili oleh sebagian besar Kalimantan dan sekitar Paparan Sunda.  Penunjaman yang diikuti oleh pembentukan sebuah busur magmatis tepian benua yang besar dan sisanya terawetkan sebagai Batolit Schwaner dan batolit lainnya (Amiruddin, 1989).

Pembentukan sebagian besar cekungan turbidit terjadi pada jaman Kapur Akhir, batuan sedimen ini kemudian diterobos oleh granit mengandung bijih timah yang berumur Kapur. Batuan gunungapi felsik yang berumur Eosen Tengah terbentuk pada dasar cekungan tanah muka di selatan jalur lipatan Kapuas, dengan penyebaran yang sangat luas.

Pembentukan cekungan-cekungan antara gunung seperti yang dikenal sebagai Cekungan Melawi, Mandai dan Ketungau terjadi kala Eosen Akhir-Oligosen. Pada Oligosen-Miosen, cekungan tanah muka mengalami pengangkatan yang disertai oleh pembentukan batuan terobosan yang dikenal sebagai terobosan Sintang Dasitik yang disertai oleh pembentukan endapan emas, logam dasar dan air raksa.

Sistem busur tersebut sebagian besar terdapat di Busur Magmatik Kalimantan Tengah, Busur Magmatik Paparan Sunda dan Busur Magmatik Schwaner. Pada umumnya formasi batuan yang merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam (host rock) adalah batuan vulkanik. Namum demikian dibeberapa tempat mineralisasi tersebut juga dapat terbentuk dalam lingkungan batuan sedimen seperti endapan tipe skarn.

Keterdapatan cebakan emas primer di Kabupaten Bengkayang yaitu di G. Selakean, G. Pandan (kadar Au 170 g/t, Ag 156 g/t, Cu 8,16%), Serantak sumber daya terukur 813.114 ton, kadar Au 2,264 gr/m3), Sintoro (kadar Au 0,2-0,7 gr/t)  dan Sekarem (kadar Au bijih 110 gr/t, Au urat 64 gr/t). Di daerah Lumar dan Ledo, emas primer hadir bersama emas sekunder dengan kadar 1,77-2,8 gr/t.

http://baloary.blogspot.co.id/
Gua Sintoro di Kecamatan Lumar Eks. Tambang Bawah Tanah Penjajahan Belanda 

Beberapa artikel yang berhubungan :

Sumber Referensi :
1.     JICA (Japan International Cooperation Agency), 1982. Report On Geological Survey of West Kalimantan, consolidated report, Ministry of Mines and Energy, Republic of Indonesia and Metal Mining Agency of Japan.
2.   Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
3.  Amirudin, 2000, Characteristics of Cretaceous Singkawang and Triassic Sanggau Batholiths West Kalimantan, Journal Geol. Dan Sumberdaya Mineral, Vol. X, No. 103, April 2000.DJGSM.
4.   Nursahan, Iwan, dkk., 2004; Laporan Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Logam di Daerah Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.


Saturday, June 11, 2016

Mengenal Sifat dan Jenis Batuan Beku Basa : Basalt

Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma yang mengalami penurunan suhu/temperatur disertai pergantian ion antara mineral dan atau dapat merubah komposisi dan tekstur mineral.

Batuan beku basa merupakan batuan beku yang terbentuk dari pembekuan magma bersifat basa, mempunyai kekentalan magma (viskositas) yang rendah, sifat fluidanya tinggi, dan memiliki kandungan SiO2 (silika) antara 45-52%. Batuan beku basa biasanya dicirikan dengan warna yang gelap (mafic mineral) terdiri dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende, serta kaya akan unsur ferromagnesian. Jenis-jenis dari batuan beku basa diantaranya adalah basalt.

http://baloary.blogspot.co.id/
Basalt
Berikut karakteristik batuan basalt berdasarkan tempat terbentuk, komposisi kimia, sifat dan jenis, serta kegunaannya.

Basalt berdasarkan tempat terbentuknya termasuk ke dalam jenis batuan beku vulkanik, mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral- mineral tidak terlihat.  Berwarna abu-abu kehitaman,  mengandung kuarsa kurang dari 20%, feldspoatoid kurang dari 10%, setidaknya 65% dari felspar dalam bentuk plagioklas, dan bersifat massif (keras).

Berdasarkan komposisi kimianya, basalt dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu basalt alkali dan basalt tholeitik. Perbedaan diantara kedua tipe basalt tersebut dapat dilihat dari kandungan Na2O dan K2O. Untuk konsentrasi SiO2 yang sama, basalt alkali memiliki kandungan Na2O dan K2O lebih tinggi dari pada basalt tholeitik. Komposisi kimianya adalah Al2 O3, SiO2, TiO2, K2O, MnO2, MgO, dan CaO.

Secara petrografi, basalt alkali mengandung fenokris olivin, titanium-augit, plagioklas dan oksida besi, serta nephelin. Sedang basalt tholeitik mengandung plagioklas-Ca, augit subkalsik, pigeonit (piroksin sedikit mengandung Ca), gelas antar kristal (interstitial glass) dan struktur saling tumbuh kuarsa-feldspar.

Basalt alkali khas dijumpai di daerah kerak benua yang terangkat berbentuk kubah (updomed continental crust) dan kerak benua yang mengalami rifting (rifted continental crust), dan pulau-pulau oseanik seperti Hawai. Basalt tholeitik khas dijumpai di lantai samudera, atau sebagai lava ekstrusi yang sangat besar sehingga membentuk plateau di kerak benua, contohnya Deccan Trap di India.

Pemanfaatan batuan basalt lebih disarankan untuk bahan baku dalam industri poles, pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, bendungan, dll) atau sebagai agregat.

Artikel tentang batuan beku lainnya yaitu :

Thursday, June 9, 2016

Emas Aluvial

Postingan ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya tentang Potensi Sumber Daya Mineral dan Prospek Bahan Galian Industri Ballclay yang terdapat di wilayah Kabupaten Bengkayang, bersumber dari hasil pengamatan di lapangan dan rangkuman beberapa hasil penyelidikan prospek bahan galian oleh Pusat Sumber Daya Geologi.

Materi yang akan dibahas pada kesempatan kali ini tentang keterdapatan emas aluvial serta kegiatan penambangannya.

Sebaran endapan emas aluvial dijumpai di sepanjang aliran  main steam S. Raya, mulai dari Desa Siaga, Desa Monterado, dan Desa Goaboma Kecamatan Monterado, melewati sebagian wilayah Desa Capkala Kecamatan Capkala dan bagian utara wilayah Kecamatan Sei Raya Kepulauan.

Hasil pengamatan di lapangan, diperkirakan emas aluvial yang terdapat di daerah Kecamatan Monterado dan sekitarnya berasal dari hasil erosi cebakan bijih emas yang terdapat di G. Hang Muisan yang terletak di bagian hulu S. Raya, dan beberapa penelitian terdahulu menyebutkan di G. Hang Muisan tersebut terdapat indikasi mineralisasi logam emas berupa urat.

Potensi bahan galian terutama emas plaser di wilayah ini telah ditambang sejak abad 18 dan 19 oleh imigran dari Cina, dahulu dikenal dengan Distrik Cina.

Pada kisaran tahun 1990-1996, PT. Monterado Mas Mining, melakukan kegiatan eksploitasi di wilayah ini. Pada akhir tahun 1996, terjadi gejolak dengan masyarakat setempat yang menyebabkan terhentinya kegiatan eksploitasi. Selanjutnya, sejak tahun 1997 sampai sekarang di wilayah endapan aluvial ini dilakukan penambangan tanpa izin (PETI) komoditas emas oleh masyarakat.
 
http://baloary.blogspot.co.id/
Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Monterado

Hasil penyelidikan lapangan Pusat Sumber Daya Geologi (Rudy Gunradi dan Edie Kurnia E) pada areal bekas tambang PT. Monterado Mas Mining dan wilayah PETI di Kecamatan Monterado, sebanyak 90% endapan yang ada berupa tailing umumnya terletak di main steam S. Raya. Hanya sekitar 10% endapan aluvial yang masih insitu, umumnya terletak di hulu-hulu sungai.

Endapan aluvial ini berupa endapan koluvial dan aluvial berupa kerakal, kerikil, pasir dan lempung. Endapan koluvial umumnya terdapat di hulu-hulu sungai, menempati bagian tinggian tersebar dengan ketebalan yang relatif tipis 1- 2 m sedangkan endapan aluvial sungai purba terendapkan sepanjang aliran sungai dan umumnya mempunyai ketebalan yang relatif lebih tebal 2-5 m. Endapan aluvial purba ini ditutupi oleh endapan aluvial sungai muda yang didominasi oleh pasir dan lempung. Luas sebaran aluvial di daerah ini sebesar 3.084 ha.

Dari data tersebut di atas apabila diambil rata-rata ketebalan aluvial di main steam S. Raya tersebut 3 m, jumlah endapan aluvial/tailing sisa pengolahan di main steam S. Raya adalah : 90% x 3.084 Ha x 3 m = 83.268.000 m3. Hasil analisis mineralogi butir konsentrat dari endapan tailing 0-457 mg/m3, dengan kadar rata-rata 51 mg/m3. Perhitungan jumlah sumberdaya tereka endapan tailing di main steam S. Raya sebesar 83.268.000 m3 x 51 mg/m3 = 4.246.668.000 mg atau sebesar 42,4 ton.

Ketebalan endapan aluvial di hulu-hulu S. Raya bervariasi antara 1-2 m. Apabila di ambil rata-rata tebal 1,5 m maka jumlah endapan aluvial di hulu-hulu S. Raya yang belum ditambang sebesar : 10% x 3.084 Ha x 1,5 m = 4.626.000 m3. Hasil analisis mineralogi butir konsentrat endapan aluvial menghasilkan kadar emas dalam berkisar antara 0–424 mg/m3, dengan rata-rata 136 mg/m3. Dari data tersebut diperkirakan jumlah sumberdaya tereka emas aluvial yang masih tersisa di hulu-hulu S. Raya sebesar : 4.626.000 m3 x 136 mg/m3 = 629.136.000 mg atau 6,29 ton.

Potensi mineral ikutan lainnya yang terdapat bersamaan dengan emas aluvial, memiliki prospek untuk dikembangkan dan sampai saat ini belum dimanfaatkan adalah Endapan Zircon.

Sumber Referensi :
1. Evaluasi Potensi Bahan Galian Pada Bekas Tambang dan Wilayah PETI di Daerah Monterado, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat oleh Rudy Gunradi dan Edie Kurnia E, Pusat Sumber Daya Geologi.
2. Eksplorasi Umum Endapan Ballclay di Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat Oleh Zulfikar, Sodik Kaelani, dan Djadja Turdjaja, Pusat Sumber Daya Geologi.
3. Penelitian dan Pendataan Potensi Tambang, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. 

Wednesday, June 8, 2016

Smelter Bauksit di Kalimantan Barat

Diberlakukannya larangan ekspor raw material (bahan mentah) komoditas tambang jenis-jenis tertentu oleh Pemerintah sejak tanggal 12 Januari 2014, mengupayakan setiap pelaku usaha pertambangan tahapan operasi produksi melakukan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral.

Usaha pertambangan kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral inilah kemudian dikenal dengan istilah smelter. Apa yang dimaksud dengan smelter?

Smelter diartikan sebagai unit atau pabrik pengolahan dan pemurnian komoditas tambang untuk meningkatkan mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Jenis komoditas tambang mineral logam tertentu yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya antara lain bijih Bauksit.

Sedangkan smelter bauksit dapat diartikan sebagai unit atau pabrik pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral logam bijih bauksit.
Di Kalimantan Barat keterdapatan bijih bauksit memiliki cadangan yang melimpah. Potensi inilah yang menjadi salah satu dasar bagi pelaku usaha pertambangan untuk membangun smelter bauksit di Kalimantan Barat.

Terdapat 2 (dua) unit smelter pengolahan bijih bauksit di Kalimantan Barat yaitu milik PT. ANTAM melalui perusahaan afiliasinya yaitu PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) berlokasi di Tayan, Sanggau dan milik PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery berlokasi di Kendawangan, Ketapang.

Proyek pengembangan smelter bauksit lainnya milik PT. ANTAM adalah proyek Smelter Grade Alumina (SGA) berlokasi di Mempawah yang hingga saat ini masih dalam tahapan kajian lebih lanjut dengan rencana kapasitas produksi 1,2 juta metric ton SGA per tahun.

http://baloary.blogspot.co.id/
Gambar ilustrasi smelter pengolahan mineral (dunia-energi.com)

Berikut gambaran pembangunan ke dua smelter tersebut……

Pertama, smelter bauksit PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) akan mengolah bijih bauksit menjadi produk Chemical Grade Alumina (CGA), berkapasitas produksi CGA 300.000 ton per tahun dengan mengolah 850.000 wet metric tons bijih bauksit tercuci per tahun.

Pabrik pengolahan CGA Tayan yang dikembangkan PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) ini, merupakan perusahaan patungan antara PT. ANTAM dan Showa Denko (SDK) Jepang. ANTAM memiliki 80 persen saham PT. ICA dan sisa kepemilikan 20 persen saham dipegang oleh SDK. Pendanaan proyek senilai 490 juta dollar AS atau setara Rp. 5 triliun itu berasal dari internal ANTAM dan SDK, pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation, Mizuho Bank Ltd, dan Sumitomo Trust and Banking Ltd.
  
Selanjutnya yang ke dua adalah smelter bauksit PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery, merupakan perusahaan patungan antara PT. Cita Mineral Investindo (Harita Group), China Hongqiao Group Ltd, Winning Investment (HK), dan PT. Danpac Resources Danpac memiliki kapasitas produksi sebesar 2 juta ton alumina per tahun dengan total investasi sebesar US$ 1 milyar.

Pembangunan smelter tahap pertama telah diresmikan dan beroperasi sejak pertengahan Tahun 2015 lalu, dengan kapasitas 1 juta ton alumina per tahun senilai US$ 500 juta. Kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan smelter tahap kedua, memiliki kapasitas dan nilai investasi yang sama direncanakan akan beroperasi pada Tahun 2017 mendatang.

Hadirnya ke dua smelter ini diharapkan meningkatkan nilai tambah mineral bijih bauksit, meningkatkan ketahanan industri pertambangan dalam negeri, pengendalian produksi dan penjualan bijih bauksit, serta penyerapan tenaga kerja.

Sumber Referensi : www.ANTAM.com dan www.esdm.go.id.


Tuesday, June 7, 2016

4 Tipe Endapan Bijih Besi

Besi dengan simbol Fe merupakan unsur yang melimpah di bumi. Beberapa pendapat para ahli menyebutkan kandungan inti bumi sebahagian besar terdiri dari perpaduan unsur besi dan nikel.

Unsur besi di alam ditemukan dalam bentuk mineral  : magnetit (Fe3O4) mengandung lebih dari 72.40% unsur besi, hematit (Fe2O3) mengandung 70% besi, geothit atau limonit (HFeO2) mengandung 62.90% besi, dan siderit (FeCO3) mengandung 48.20% besi. Proses terbentuknya di alam dijumpai dalam bentuk bijih besi primer dan endapan sekunder.

Besi mempunyai sifat yang sangat kuat karena kemampuannya berada di dalam lebih dari satu keadaan oxidasi, yaitu ferric (trivalent), ferrous (bivalent), dan dalam keadaan metallic (valensi nol).

Pada kesempatan ini saya akan berbagi pengetahuan yang saya ketahui hasil rangkuman dari berbagai sumber para peneliti tentang tipe dan ciri-ciri endapan bijih besi.

Menurut Padmanegara (1983), terdapat empat jenis tipe endapan mineral/bijih besi terpenting yang terdapat di Indonesia yaitu: (1) endapan skarn/metasomatik kontak, (2) endapan placer, (3) endapan lateritik, dan (4) endapan sedimen.

1.  Endapan Skarn (Metasomatik Kontak)
Bijih tipe ini dapat terbentuk akibat proses kontak metasomatik yaitu larutan magma berkompisisi sedang, basa, atau ultra basa yang naik kepermukaan dalam peristiwa intrusi atau ekstrusi dapat bereaksi dengan batuan sekitarnya, terutama dengan batuan kapuran (tipe ekso-skarn atau kalsik eksoskarn). Disini akan terbentuk mineral-mineral skarn seperti garnet, epidot, dan jika yang terbentuk adalah mineral-mineral magnetit dan hematit sebagai mineral utama maka dapat menjadi bijih besi. Di Indonesia, bijih besi tipe ini biasanya terdapat di sekitar daerah kontak batuan intrusi berkomposisi sedang sampai basa seperti diorit, granidiorit, dan gabro atau basalt dengan formasi batuan sedimen atau vulkanis yang mengandung lapisan-lapisan atau lensa-lensa batuan gampingan atau batuan yang bersifat gampingan. Dalam proses ini, selain temperatur, magma juga ikut memegang peranan dalam menambahkan langsung beberapa unsur pada batuan sekitarnya, sehingga endapan ini tidak mungkin terdapat jauh dari batuan intrusi kecuali bila telah mengalami proses desintegrasi dan transportasi sebagaimana halnya pada endapan eluvial dan diluvial.

Ciri-ciri tipe endapan ini antara lain:
(1) Endapan bijih besi ini dapat berbentuk lensa, berupa sarang (nest-shaped) atau lapisan-lapisan yang kompleks pada batuan kontak;
(2)   Berupa endapan masif yang terutama terdiri dari magnetit dan hematit. Selain oksida besi, juga sering mengandung mineral sulfida seperti pirit dan kalkopirit, disamping mineral skarn seperti garnet, piroksen, aktinolit, sillimanit, dan epidot;
(3)   Akibat proses desintegrasi dan transportasi, endapan tipe ini sering terdapat dalam bentuk eluvial atau diluvial, yaitu berupa onggokan bongkah-bongkah batuan berbagai ukuran dengan komposisi mineralnya yang utama masih tetap berupa magnetit dan hematit. Onggokan batuan ini biasanya tidak jauh letaknya dari tempat asalnya yaitu daerah kontak;
(4)   Kadar Fe bijih tipe ini berkisar sekitar 50-70%;
(5)   Kadar Ni atau Cr dapat diabaikan;
(6)  Karena sering berasosiasi dengan mineral sulfida, terkadang berkadar Cu atau Zn agak tinggi (± 1%);
(7)   Kadar belerang kadang-kadang agak tinggi, mendekati 1%;
(8)   Kadar TiO2 biasanya dibawah 0,5%.

Tipe endapan ini banyak terdapat di Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan, tetapi cadangannya kecil (<1juta ton). Endapan terbesar yang pernah ditemukan dan dieksplorasi terdapat di Gunung Tanalang, Kalsel, dengan cadangan 5 juta ton.

2.     Endapan Placer
Tipe endapan ini terbentuk oleh proses pelapukan, desitegrasi, dan pengumpulan secara mekanik. Hasilnya adalah endapan fragmen mineral dan batuan yang seringkali disebut mineral/batuan rombakan. Tipe ini dikenal sebagai placer pantai (beach placer) dan placer aluvium (alluvial placer). Karena melalui proses mekanik, maka kemurnian fragmen mineral rombakan dipengaruhi oleh intensitas liberasi selama proses tersebut.
Tipe mineral/bijih placer pantai yang telah diselidiki secara terperinci antara lain yang terdapat dalam endapan pasir besi bertitan sepanjang pantai Daerah Istimewa Yogyakarta. Mineral utamanya titanomagnetit, dengan warna, kilap logam dan goresannya adalah abu kehitaman. Berat jenisnya 5,0-6,5, dengan kadar TiO2 dalam titanomagnetit berkisar antara 7-12%. Kristal ilmenit (FeTiO3) dan magnetit (Fe3O4) tumbuh bersama (intergrowth) dan berkaitan sangat kuat.

Pada umumnya, contoh pasir besi bertitan Yogyakarta menunjukkan variasi besar butiran yang tidak mencolok sepanjang lintasan lateral, akan tetapi variasi besar butiran sangat mencolok ke arah dalam. Makin ke dalam butiran fragmen semakin kasar dan fragmen titanomagnetit semakin berkurang. Demikian pula liberasi butiran fragmen, makin kedalam semakin kurang baik sehingga makin banyak fragmen titanomagnetit yang masih terikat oleh fragmen batuan (silikat). Hal ini pula yang menyebabkan kadar besi yang terlarut asam menurun sangat tajam.

Endapan pasir bertitan Yogyakarta mengandung fragmen feldspar, plagioklas, klinopiroksen, titanomagnetit, hematit, olivin, kuarsa, amfibol, mika, dan fragmen batuan. Semua ini berasal dari batuan piroklastika dan efusifa yang berkomposisi andesit dan basalt. Besar butiran fragmen endapan pasir besi bertitan berkisar antara 1,2-0,053 mm. Butiran fragmen + 1,2 mm bervariasi dalam tiga lapisan, pada lapisan atas sebanyak 1%, lapisan tengah 8%, dan lapisan bawah 12%. Sedangkan pada fragmen – 0,053 mm jumlahnya kurang dari 3% di semua lapisan. Besar butiran fragmen titanomagnetit yang terliberasi oleh kegiatan gelombang laut berkisar antara 0,21-0,105 mm. Kenaikan besar butiran fragmen menunjukkan penurunan berat jenisnya. Bagian titanomagnetit yang masih menjadi satu dengan batuan (silikat) berada dalam tiga lapisan. Bagian paling bawah dari lapisan atas mengandung 35-55% dan bagian paling atas dari lapisan bawah mengandung 65-85%.

Pasir bertitan Yogyakarta mempunyai tingkat kemagnetan (MD-magnetic degree) kurang dari 20% (MD= persentase beral mineral-mineral yang tertarik oleh magnet 300 Gauss). Dalam proses pemurnian, biasanya fragmen titanomagnetik digerus dan terliberasi sampai lolos saringan 0,05-0,10 mm, akan tetapi sebagian masih belum terliberasi dengan baik, bahkan paduan ilmenit-magnetit masih belum terpisahkan.
Kualitas endapan pasir besi bertitan dapat dibagi menjadi dua golongan, dengan komposisi sebagai berikut: (1) oksidasi besi yang terliberasi dari silikat dan mengandung besi terlarut asam lebih dari 60%, dan (2) komposit silikat besi dengan besi terlarut asam ± 5%.

3.     Endapan Laterit
Tipe endapan ini merupakan endapan residu dari proses pelapukan, dekomposisi, dan pengumpulan kimia. Tipe ini tidak lazim disebut endapan mineral/batuan rombakan. Karena melalui proses kimia, maka keterjadiannya berkaitan dengan pelarutan dan pengendapan yang sesuai dengan keadaan dan situasi setempat, yakni jenis batuan induk dan lingkungan fisika-kimia. Lingkungan yang baik untuk proses lateritisasi adalah: (1) iklim tropis-basah, (2) topografi yang relatif tidak curam, dan (3) waktu proses lateritisasi yang cukup lama.

Endapan mineral/bijih laterit umumnya terjadi pada batuan induk ultramafik (ofiolit). Unsur besi bivalen dilepaskan oleh pelapukan secara kimia terhadap batuan ultramafik yang sudah teroksidasi menjadi besi trivalen dan kemudian diendapkan dalam laterit. Dalam keadaan reduksi (dalam hutan lebat), unsur besi feri berubah menjadi fero dan berupa larutan yang bergerak sampai menemui lingkungan yang teroksidasi, kemudian unsur besi tersebut berubah lagi menjadi feri dan terendapkan di lingkungan tersebut pada permukaan air tanah, selanjutnya konkresi limonit (2Fe2O3.3H2O) terjadi dalam lingkungan tersebut. Karena oksida besi yang mempunyai berat jenis lebih besar mengalami dehidrasi, maka hematit dan magnetit terjadi mendekati permukaan. Hematit terkumpul kearah permukaan, sedangkan magnetit cenderung kearah zona yang lebih dalam. Hematit yang relatif lebih stabil dalam lingkungan pH (5,5-8), maka endapannya dapat berkembang menjadi “kerak hematit yang keras” atau iron-cap. Mineral besi, mineral nikel dan krom diendapkan sebagai residu dalam laterit. Mineral besi yang berupa konkresi limonit bersifat belahan konkoidal disebut goetit.

Di Indonesia, tipe endapan ini terdapat dalam jumlah yang besar (ratusan juta ton), terutama di Kalimantan dan Sulawesi Tenggara.

4.     Endapan Sedimen
Endapan tipe ini terbentuk berkaitan dengan proses sedimentasi yaitu proses kimia yang memegang peranan utama dalam proses pengendapannya. Ada pula yang menjadi penyebabnya adalah proses desintegrasi mekanik, seperti yang terjadi pada sebagian endapan bijih besi disekitar bijih besi tipe lateritik. Endapan jenis “bog-iron” terbentuk bila larutan yang mengandung besi terkumpul dalam suatu cekungan atau basin, dan oleh proses kimia atau akibat pekerjaan bakteri terbentuklah endapan bijih besi. Dalam kelompok ini termasuk juga endapan bijih besi yang dihasilkan oleh sumber air panas (endapan sinter).

Ciri-ciri tipe endapan ini:
(1)   Karena berasosiasi dengan endapan sedimen, tekstur atau strukur perlapisan dan laminasi dapat terlihat jelas;
(2)   Dapat berupa perlapisan yang kompak atau massif dan dapat berupa breksi atau konglomerat, sering mengandung bongkah-bongkah atau kerikil peridotit atau serpentinit;
(3) Komposisi mineral besinya bervariasi, ada yang berupa karbonat, silikat besi, magnetit, dan hematite;
(4)    Kadar Fe berkisar antara 40 - 60 %;
(5)  Mengandung kadar Ni dan Cr yang lebih rendah dari tipe lateritik yaitu rata-rata 0,41% Ni dan 2,1 % Cr2O3, khususnya yang berasal dari bijih besi laterit;
(6)    Kadar Al lebih rendah dari tipe bijih lateritik, yaitu sekitar 7%;
(7)   Bijih besi “bog-iron”, sering mengandung kadar belerang dan mangan yang tinggi, sedang yang berasal dari air panas dapat mengandung belerang yang relatif lebih tinggi;
(8)    Karena sering adanya perlapisan pemisah diantara lapisan bijih besi, kasar Fe dan unsur-unsur lain yang dikandungnya dapat bervariasi secara lateral maupun vertikal.

Artikel komoditas mineral logam lainnya : Penambangan Galena dan Bauksit.

Endapan bijih besi sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi yang berkembang, litologi batuan induk, maupun karakteristik suatu wilayah. Tentunya masih banyak hasil penemuan baru yang belum dapat saya ketahui. Saya mengharapkan adanya sumber referensi dari berbagai kalangan maupun para peneliti, sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih dalam lagi terkait endapan bijih besi potensial yang mungkin layak untuk dikembangkan dikemudian hari.


Sumber referensi: Artikel Endapan Bijih Besi, oleh Syahya Sudarya, Pusat Sumber Daya Geologi Bandung.

Sunday, June 5, 2016

Batuan Beku Intermediet : DIORIT

Jika kita mengamati batuan di suatu tempat, atau lebih gampangnya di sekitar daerah aliran sungai biasanya banyak ditemukan float-float batuan. Terdapat beberapa batuan yang secara fisik memiliki perbedaan warna, bentuk, kekerasan, atau berat dari massa batuan tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan pada saat proses pembentukan batuan, komposisi mineral penyusun batuan, bentuk dan ukuran mineral, tempat terbentuknya batuan, maupun perubahan temperatur pada saat pembekuan magma.

Keberadaan batuan yang sangat komplek di alam, memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, dan memberikan nilai manfaat bagi kita, memberikan inspirasi bagi saya untuk mengenalkan berbagai jenis batuan yang mungkin kita temukan di sekitar kita.


Pada kesempatan sebelumnya saya telah mengenalkan mengapa batuan granit “lebih populer” dikalangan masyarakat bila dibandingkan dengan jenis batuan beku lainnya, dan kali ini saya akan mendeskripsikan batuan DIORIT jenis batuan beku intermediet.

http://baloary.blogspot.co.id/
Jenis batuan beku intermediet pada umumnya mengandung 52-66% silika (SiO2) berasal dari magma yang mempunyai sifat antara magma asam dan magma basa, memiliki kandungan unsur Ca dan Na relatif sama.

Diorit merupakan salah satu jenis batuan beku intermediet dengan komposisi mineral utama yaitu sodium plagioklas, hornblende, dan biotit dalam jumlah yang relatif sedikit. Berwarna bau-abu gelap, struktur masif, tekstur hipokristalin, dan bentuk kristal euhedral. Bila terdapat mineral augit menunjukkan bahwa batuan tersebut sedikit bersifat basa, sedangkan mineral orthoklas menunjukkan batuan bersifat asam.

Terkadang batuan diorit mengandung sedikit kuarsa, menampakkan tekstur coarse-grained dengan campuran kontras antara butiran mineral yang berwarna hitam dan putih hampir serupa jika kita mencampurkan segenggam butiran garam dan lada hitam. Istilah inilah yang dikenal dengan “salt and pepper” pada saat kita melakukan deskripsi batuan diorit.

Batuan yang memiliki komposisi mineral dan terbentuk di wilayah pembentukan yang sama dengan batuan diorit adalah batuan andesit. Perbedaan mendasar pada kedua batuan ini dapat dilihat dari ukuran butir dan tingkat pendinginan magma asalnya. Magma asal pada batuan diorit mengalami pengkristalan lebih lambat di bawah permukaan bumi, sedangkan magma asal batuan andesit akan mengkristal lebih cepat di atas permukaan sehingga membentuk Kristal dengan ukuran butir yang lebih halus (kecil). Pada prinsipnya pendinginan yang lambat akan membentuk ukuran butir yang lebih besar.

http://baloary.blogspot.co.id/

Teknik penambangan batuan granit untuk mendapatkan bidang belah yang lebih besar lebih disarankan dengan menggunakan bahan peledak, kemudian dipotong sesuai permintaan pasar dengan mesin pemotong yang telah didesain khusus. Jika akan dimanfaatkan untuk keperluan konstruksi bangunan, batuan dipecah ukuran tertentu dengan menggunakan breaker dan stone crusher.

Kegunaan batuan diorit lebih banyak dimafaatkan untuk konstruksi bangunan, pengerasan jalan/split, ornament dinding, pondasi pembuatan waduk dll.

Saturday, June 4, 2016

Granit Lebih Populer

Diantara jenis-jenis batuan yang terbentuk di alam, dapat dikatakan batuan granit "lebih populer" dikalangan masyarakat. Batuan granit merupakan jenis batuan yang banyak ditemukan di permukaan bumi, dan banyak dipergunakan sebagai material bangunan yang menampilkan kesan elegan.

Berkembangnya industri keramik, properti bangunan gedung bertingkat, perhotelan, perumahan, jembatan, pembuatan monumen dll semakin menambah nilai jual dan kepopuleran batuan granit.


Jika anda berkesempatan untuk berkeliling dunia……
tidak ada salahnya untuk mengunjungi beberapa tempat yang cukup terkenal dengan kenampakan bentang alam yang khas seperti Granit Peaks di Pegunungan Sierra Nevada, Yosemite National Park di California, Stone Mountain di Georgia, Mount Rushmore di South Dakota USA, dan perlu anda ketahui bahwa bentang alam tersebut tersusun oleh batuan granit.
 
http://baloary.blogspot.co.id/
Yosemite National Park di California

Di tempat anda, apakah bentang alam yang tersusun oleh batuan granit memiliki kenampakkan fenomena alam yang indah dan tiada duanya????
Jika ada….segera publikasikan sebagai alternatif geowisata.

Mari kita kembali pada topik batuan granit “lebih populer”.
Berikut saya akan mendeskripsikan tentang batuan granit dari sudut pandang ilmu geologi.

http://baloary.blogspot.co.id/
Dalam ilmu geologi, batuan granit dikenal sebagai batuan beku plutonik (batholit) yang terbentuk melalui proses pembekuan magma di permukaan bumi pada temperatur yang relatif stabil, berwarna cerah tersusun oleh mineral felsik, bentuk butiran besar, dan bersifat asam. Komposisi mineral utama yaitu feldspar, kuarsa dan mika, kadang terdapat hornblende, plagioklas, biotit, dan muskovit dalam jumlah yang kecil. Tekstur batuan holokristalin, hipidiomorfik dan equigranular. Penokris yang besar dari orthoklas, memiliki tekstur porpiri.


Jenis-jenis dari batuan granit adalah :
1.  White granite : white orthoklas feldspar, grey quartz;
2.  Porphiritic granite : feldspar phenocryst;
3.  Orbicular granite : spherical phenocryst;
4.  Graphic granite : pink orthoclase feldspar;
5.  Hornblende granite : pale orthoclase feldspar, dark hornblende.

Teknik penambangan batuan granit untuk mendapatkan bidang belah yang lebih besar lebih disarankan dengan menggunakan bahan peledak, kemudian dipotong sesuai permintaan pasar dengan mesin pemotong yang telah didesain khusus. Jika akan dimanfaatkan untuk keperluan konstruksi bangunan, batuan dipecah ukuran tertentu dengan menggunakan breaker dan stone crusher.
 
http://baloary.blogspot.co.id/
Penambangan batuan untuk material konstruksi
Hingga saat ini, kebutuhan akan peralatan penambangan masih cukup mahal dan sangat sulit untuk diterapkan bagi penambangan skala kecil. Perlu adanya rekayasa peralatan penambangan yang relatif lebih murah, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan potensi yang ada dan dapat menjadi pelaku usaha pertambangan.

Keterdapatan batuan granit di Kabupaten Bengkayang tersebar mulai dari Kecamatan Sei Raya, Capkala, Sei Raya Kepulauan, Monterado, dan Samalantan. Potensi ini telah ditambang dalam skala kecil oleh sekelompok masyarakat secara manual untuk keperluan material dasar konstruksi bangunan. 


Proyeksi kedepan dengan perkembangan teknologi rekayasa peralatan yang murah, meningkatnya pertumbuhan properti bangunan gedung, perumahan, perhotelan dll yang menampilkan nilai arsitektur yang tinggi, eksklusif, tampil lebih elegan, serta cadangan bahan galian yang cukup melimpah, jenis batuan granit masih menjadi alternatif sebagai kebutuhan akan material dasar yang tetap "lebih populer".