Pages

Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

Sunday, June 26, 2016

Geologi dan Proses Terbentuknya Pulau Kalimantan

Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Tetapi apakah kita mengetahui bagaimana terbentuknya pulau-pulau tersebut? Pada kesempatan kali ini, saya akan mendeskripsikan terbentuknya Pulau Kalimantan berdasarkan sudut pandang ilmu geologi, dan proses-proses yang terjadi hingga saat ini. Tujuan dari penulisan artikel ini antara lain untuk memberikan informasi dan gambaran tentang proses aktivitas tektonik, serta karakteristik masing-masing wilayah sehingga kita mengetahui proses terbentuknya Pulau Kalimantan dalam kurun waktu umur geologi.

Sebelum "mendongeng" kondisi geologi Pulau Kalimantan yang bersumber dari beberapa pustaka yang saya ketahui dan artikel-artikel yang berkaitan, terlebih dahulu saya memberikan beberapa pengertian :

Geologi diartikan sebagai ilmu (sains) yang mempelajari tentang bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah dan proses pembentukannya.

Daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air. Wilayah yang termasuk daratan meliputi pegunungan, perbukitan, dataran, dan lembah. Jadi jangan salah lagi dalam membedakan antara daratan dan dataran.

Pulau adalah sebidang tanah yang lebih kecil dari benua dan lebih besar dari karang, yang dikelilingi air. Kumpulan beberapa pulau dinamakan pulau-pulau atau kepulauan (Bahasa Inggris: Archipelago).

Sedangkan Kalimantan merupakan salah satu dari 5 (lima) pulau terbesar di Indonesia, dengan luas wilayah sebesar 743.330 Km2 (termasuk wilayah Malaysia dan Brunai), puncak tertinggi di Kinabalu dengan ketinggian 4.095 m di atas permukaan laut.

Selanjutnya mari kita mulai "mendongeng" bagaimana kondisi geologi Pulau Kalimantan (pulau tempat saya dilahirkan dan dibesarkan)……..


http://www.baloary.blogspot.com/
Kerangka Tektonik Wilayah Kepulauan Indonesia (Simandjuntak & Barber, 1996)

Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40-50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas tektonik yang paling penting disebalah timur adalah :
1.  Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timur laut, dimulai dari Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang;
2.  Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara;
3.  Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan Jalur Lupar.

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan. Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.

Tatanan Tektonik Basement Pra-Eosen

http://www.baloary.blogspot.com/
NW-SE Cross Section Schematic Reconstuction (A) Late Cretaceous, And
(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Pulau Kalimantan pada bagian barat daya tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi barat daya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Kalimantan merupakan pulau yang terletak di bagian ujung dari Paparan Sunda (Sundaland). Pada bagian barat dan tengah Pulau Kalimantan tersusun oleh kompleks batuan dasar, merupakan singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar ini terdiri dari sekis dan gneiss yang keterdapatannya bersama dengan batuan granit. Kompleks batuan lainnya yang berasosiasi dengan lempeng Pulau Kalimantan yaitu batuan ofiolit dan batuan bancuh (mélange). Batuan ofiolit merupakan kompleks batuan beku yang terdiri dari anggota basalt, gabro. Peridotit dan granit. Sedangkan batuan bancuh (mélange), merupakan kompleks campuran batuan yang berasal dari lingkungan pembentukan yang berbeda, dimana batuan tersebut terdesak ke atas lempeng ofiolit.

Permulaan Cekungan Eosen
Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di bawah baratlaut Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier Awal dapat menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok Rajang di Serawak, Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.  
 
http://www.baloary.blogspot.com/
Paleocene – Middle Eocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction,
WSUL = West Sulawesi, I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate
 (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.


http://www.baloary.blogspot.com/
Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in Eocene
 (Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006)

Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia Tenggara, termasuk Kalimantan dan bagian utara lempeng Benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di Pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea diubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen Benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
 
http://www.baloary.blogspot.com/
Late Oligocene – Early Miocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction, 
WSUL = West Sulawesi,
E SUL = East Sulawesi I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate,
INC = Indocina, RRF = Red River Fault,
IND = India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan, 
RB = Reed Bank, H = Hainan,
SU = Sumba (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan wilayah sekitarnya (Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan Pigott, 1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal (Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
 
http://www.baloary.blogspot.com/
NW – SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene – Middle Miocene, and
 (B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

http://www.baloary.blogspot.com/
Middle Miocene – Recent SE Asia tectonic reconstruction
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Tektonisme Miosen          
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah (Harland et al., 1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). 

http://www.baloary.blogspot.com/
Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah (Nuay, 1985, op cit., Oh, 1987)


Pulau Kalimantan saat ini, tidak terdapat gunung api aktif tetapi aktivitas vulkanik pernah terjadi ratusan juta tahun yang lalu dan batuan vulkanik tua dapat dijumpai dibagian barat daya dan bagian timur Pulau Kalimantan. Dibeberapa tempat batuan vulkanik tua yang telah terkikis, pada massa batuan intrusi diduga sebagai batuan yang mengandung emas. Di bagian tengah, timur dan selatan tersusun oleh batupasir  dan batu sabak. Selain batuan vulkanik tua, terdapat batuan sedimen pada umur formasi yang relatif lebih muda diantaranya tersusun oleh endapan gambut dan kipas aluvial yang mengandung endapan batubara dan minyak bumi.

Kalimantan terdiri atas teras kontinen berbentuk segitiga (baji) di bagian selatan dan timur yang dibatasi oleh Basin Tersier. Hanya dibagian barat Kalimantan berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan Muller dari Ujung Tanjung Datuk – Sambas yang sebenarnya merupakan massa kontinen, selanjutnya pada sisi bagian timur terbentuk Basin Melawi dengan fasies air payau Tersier Bawah. Menurut Fen (1933), hanya Kalimantan Barat daya yang boleh disebut daratan tua (alte rumpfebene).

Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan sunda tua. Bagian utaranya dibentuk oleh kelompok pegunungan yang membentang dari wilayah Ujung Tanjung Datuk melalui Gunung Niut dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Pada tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan rendah yang membentang ke pantai selatan. Pada bagian utara massa kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt kuarter terdapat disekeliling Gunung Niut dan sepanjang ujung barat daya terdapat beberapa volkanik kuarter yang telah padam.

Disebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000-2000 m yang cekung ke arah barat laut yang terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu. Rangkaian pegunungan ini tersusun oleh batuan marin berumur Pra Tersier dan Tersier Bawah. Rangkaian pegunungan tersebut dipisahkan oleh Lembah Rejang dari sebuah punggungan (igir ularbulu) yang tingginya berangsur-angsur berkurang. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari lapisan tersier, dipisahkan dari Pantai Sarawak dan Brunai.

Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan tersier yang termasuk ke dalam sistem Pegunungan Sunda. Disebelah tenggara dan timur kerangka sturktural Pulau Kalimantan, basement kompleks Pra Tersier menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur, selanjutnya ditempat ini terendapkan sedimen tersier. Kemudian basement kompleks itu muncul kembali ke arah pantai timur menurun membentuk Palung di Selat Makasar, dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebuku. Pada bagian tepi ini basin tersier Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur. Pegunungan tersebut berawal dari Meratus bagian selatan terdiri dari batuan pra tersier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda (Satyana, 1994). Dari antiklinorium Samarinda pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam. Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesa tersier, membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian Pegunungan tersier Sarawak.

Struktur di Pulau Kalimantan dapat dibedakan atas dua struktur geologi yaitu :
1.  Inti Benua (continental core)
Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna Selatan yang dikenal dengan Chinese district sampai Pegunungan Schwaner olen Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi :
1)  Bagian utara terletak di sebelah utara sungai Kapuas;
2) Zona Pegunungan Schwaner yang membujur dari Pontianak sampai ke Kalimantan Tengah;
3) Bagian selatan, Daerah Ketapang yang terletak antara Pegunungan Schwaner dan Laut Jawa.

Perkembangan geologi daerah ini dapat disimpulkan :
1)  Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan pembentukan geosinklinal yang diikuti oleh intrusi dan ekstrusi ofiolit.
2)  Akhir Pleozoik terjadi pembubungan geoantiklinal dan disertai oleh terobosan Batholit.
3)  Permo Trias, pengangkatan di wilayah utara dan selatan.
4)  Trias Atas, terjadi penurunan dan menyebabkan terbentuknya endapan sedimen.
5)  Jaman Jura, gejala perlipatan dan pengangkatan diseluruh wilayah, diikuti oleh intrusi Batholit dan Granitis.

2.  Geosinklin Borneo Utara
Zaman kapur terjadi penurunan dan pembentukan geosinklin di wilayah utara yang berlangsung hingga zaman paleogen.Singkapan-singkapan dari geosinklin tersebar mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga ke Semenanjung Kudat di Kalimantan Utara.


Daftar Pustaka :

Satyana, A.H., 2000, Kalimantan, An Outline of The Geology of Indonesia, Indonesian Association of Geologists, p.69-89.

Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Van de Weerd, A.A., dan Armin, Richard A., 1992, Origin and Evolution of the Tertiary Hydrocarbon-Bearing Basins in Kalimantan (Borneo), Indonesia, The American Association of Petroleum Geologists Bulletin v. 76, No. 11, p. 1778-1803.

Referensi lainnya yang berhubungan :
http://mochhim23.blogspot.co.id/2015/04/geologi-indonesia-kalimantan-sejarah.html.

Monday, June 20, 2016

Aplikasi Minerba One Map Indonesia (MOMI)

Sektor pertambangan mineral dan batubara memasuki era baru, pada awal tahun 2013 Ditjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah berhasil membuat aplikasi berbasis WebGIS yang dinamakan Minerba One Map Indonesia (MOMI) untuk mengelola data dan informasi pertambangan minerba yang terintegrasi secara Nasional.

Dasar hukum sebagai acuan dari MOMI adalah Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan. Materi pokok peraturan tersebut diantaranya menyatakan bahwa pemerintah wajib mengelola data dan informasi kegiatan usaha pertambangan sesuai kewenangannya.

http://www.baloary.blogspot.com/
Tampilan Aplikasi MOMI (www.esdm.go.id)

Sistem ini merupakan basis data seluruh wilayah pertambangan yang ada di Indonesia, dan diharapkan dapat sebagai sarana bagi Pemerintah Daerah untuk mendaftarkan usulan WIUP yang akan dilelang (mineral dan batubara) atau dicadangkan (mineral bukan logam dan batuan).  Pada saat Pemerintah Daerah melakukan input Wilayah IUP yang dimohonkan, apabila wilayah tersebut tumpang tindih sistem akan secara otomatis meminta otorisasi atau menolak untuk disimpan.

Aplikasi ini juga merupakan media pelaporan terkait izin usaha pertambangan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/ kota (meliputi data spasial maupun aspasial) serta sebagai alat kontrol pemerintah pusat dalam pembinaan dan pengawasan pengelolaan izin usaha pertambangan.

Sebagai gambaran awal, bahwa konfigurasi aplikasi pada menu utama (daftar layer) MOMI memuat tentang blok minyak dan gas; wilayah pertambangan; WIUP mineral dan batubara; WKP panas bumi; batas administrasi; kawasan hutan; perhubungan (pelabuhan udara, pelabuhan laut, transportasi/jalan); coal terminal; dan kantor bea cukai.

Fasilitas lainnya yang sangat membantu dalam navigasi data dan informasi yaitu tampilan basemap dapat diubah dengan pilihan Bing Maps Aerial (Citra Satelit), Bing Maps Hybrid (Citra Satelit dan Informasi Vector), Bing Maps Road, dan Open Street Map.

Minerba One Map Indonesia mendapatkan penghargaan “Special Achievement in GIS” Awards dari ESRI pada acara ESRI International User Conference di San Diego, California bulan Juli 2013, terpilih dari lebih 100.000 kontestan di seluruh dunia. Penghargaan ini diberikan kepada organisasi yang telah memberikan perbedaan yang sangat signifikan dalam pemanfaatan GIS.

Minerba One Map Indonesia dapat digunakan antara lain untuk :
1.  Analisa tumpang tindih dari data wilayah izin usaha pertambangan  yang ada.
2.  Monitoring data-data yang terkait wilayah pertambangan.
3.  Kolaborasi data dengan berbagai instansi yang menyediakan data spasial.
4.  Analisa data statistik terkait izin usaha pertambangan.

Tata Cara Permohonan Hak Akses, yaitu :
1.  Pemerintah Daerah :
a)     Mengajukan surat pengajuan penganggung jawab dan pengelola hak akses kepada Direktur Jenderal;
b)      Apabila permohonan disetujui, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Persetujuan Hak Akses;
c)      Apabila permohonan ditolak, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Penolakan Hak Akses.

2.  Kementerian / Lembaga Non Kementerian Lainnya :
a)     Mengajukan surat permohonan oleh pimpinan lembaga kepada Direktur Jenderal;
b)  Direktur atas nama Direktur Jenderal sebelum menerbitkan surat persetujuan hak akses menerbitkan Nota Kesepahaman;
c)     Nota Kesepahaman yang telah ditanda tangani oleh pimpinan Kementerian/Lembaga Non Kementerian lainnya tersebut, disampaikan kembali kepada Direktur Jenderal untuk ditandangani;
d)    Direktur Jenderal menandatangani Nota Kesepahaman, sebagai Surat Persetujuan Hak Akses;
e)   Apabila permohonan disetujui, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Persetujuan Hak Akses;
f)       Apabila permohonan ditolak, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Penolakan Hak Akses.

Sedangkan bagi publik yang bermaksud mengakses website ini untuk sementara belum dapat dilakukan, dikarenakan masih menunggu peraturan terkait.

Dengan adanya MOMI ini diharapkan menjadi acuan sumber utama dalam pengelolaan data dan informasi dibidang pertambangan mineral dan batubara, guna mewujudkan kegiatan usaha pertambangan menjadi lebih baik (good mining practice).


Sumber Referensi : Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.


Artikel yang berkaitan :
Smelter Bauksit di Kalimantan Barat

Wednesday, June 8, 2016

Smelter Bauksit di Kalimantan Barat

Diberlakukannya larangan ekspor raw material (bahan mentah) komoditas tambang jenis-jenis tertentu oleh Pemerintah sejak tanggal 12 Januari 2014, mengupayakan setiap pelaku usaha pertambangan tahapan operasi produksi melakukan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral.

Usaha pertambangan kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral inilah kemudian dikenal dengan istilah smelter. Apa yang dimaksud dengan smelter?

Smelter diartikan sebagai unit atau pabrik pengolahan dan pemurnian komoditas tambang untuk meningkatkan mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Jenis komoditas tambang mineral logam tertentu yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya antara lain bijih Bauksit.

Sedangkan smelter bauksit dapat diartikan sebagai unit atau pabrik pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral logam bijih bauksit.
Di Kalimantan Barat keterdapatan bijih bauksit memiliki cadangan yang melimpah. Potensi inilah yang menjadi salah satu dasar bagi pelaku usaha pertambangan untuk membangun smelter bauksit di Kalimantan Barat.

Terdapat 2 (dua) unit smelter pengolahan bijih bauksit di Kalimantan Barat yaitu milik PT. ANTAM melalui perusahaan afiliasinya yaitu PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) berlokasi di Tayan, Sanggau dan milik PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery berlokasi di Kendawangan, Ketapang.

Proyek pengembangan smelter bauksit lainnya milik PT. ANTAM adalah proyek Smelter Grade Alumina (SGA) berlokasi di Mempawah yang hingga saat ini masih dalam tahapan kajian lebih lanjut dengan rencana kapasitas produksi 1,2 juta metric ton SGA per tahun.

http://baloary.blogspot.co.id/
Gambar ilustrasi smelter pengolahan mineral (dunia-energi.com)

Berikut gambaran pembangunan ke dua smelter tersebut……

Pertama, smelter bauksit PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) akan mengolah bijih bauksit menjadi produk Chemical Grade Alumina (CGA), berkapasitas produksi CGA 300.000 ton per tahun dengan mengolah 850.000 wet metric tons bijih bauksit tercuci per tahun.

Pabrik pengolahan CGA Tayan yang dikembangkan PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) ini, merupakan perusahaan patungan antara PT. ANTAM dan Showa Denko (SDK) Jepang. ANTAM memiliki 80 persen saham PT. ICA dan sisa kepemilikan 20 persen saham dipegang oleh SDK. Pendanaan proyek senilai 490 juta dollar AS atau setara Rp. 5 triliun itu berasal dari internal ANTAM dan SDK, pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation, Mizuho Bank Ltd, dan Sumitomo Trust and Banking Ltd.
  
Selanjutnya yang ke dua adalah smelter bauksit PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery, merupakan perusahaan patungan antara PT. Cita Mineral Investindo (Harita Group), China Hongqiao Group Ltd, Winning Investment (HK), dan PT. Danpac Resources Danpac memiliki kapasitas produksi sebesar 2 juta ton alumina per tahun dengan total investasi sebesar US$ 1 milyar.

Pembangunan smelter tahap pertama telah diresmikan dan beroperasi sejak pertengahan Tahun 2015 lalu, dengan kapasitas 1 juta ton alumina per tahun senilai US$ 500 juta. Kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan smelter tahap kedua, memiliki kapasitas dan nilai investasi yang sama direncanakan akan beroperasi pada Tahun 2017 mendatang.

Hadirnya ke dua smelter ini diharapkan meningkatkan nilai tambah mineral bijih bauksit, meningkatkan ketahanan industri pertambangan dalam negeri, pengendalian produksi dan penjualan bijih bauksit, serta penyerapan tenaga kerja.

Sumber Referensi : www.ANTAM.com dan www.esdm.go.id.


Tuesday, May 24, 2016

Tahapan Perizinan Komoditas Tambang Batuan

Kegiatan Usaha Pertambangan
Berpedoman pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang dimaksud dengan :

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

http://baloary.blogspot.co.id/
Penambangan Batuan Granit

Komoditas Tambang Batuan
Pertambangan Mineral dan Batubara saat ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) komoditas tambang (berdasarkan PP No. 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara) yaitu :
1.  Mineral Radioaktif;
2.  Mineral Logam;
3.  Mineral Non Logam;
4.  Batuan;
5.  Batubara.

Yang termasuk kedalam kelompok batuan yaitu pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fuller earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan; merupakan produk usaha pertambangan yang “dapat” dilakukan oleh masyarakat baik secara berkelompok maupun perseorangan.

Komoditas tambang batuan dulunya dikenal dengan sebutan Bahan Galian Golongan C, banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya sebagai material utama dalam pembangunan infrastruktur, pengembangan fasilitas umum, pengembangan perumahan, sebagai bahan galian industri, seni pahat batu, perhiasan taman, perkakas rumah tangga, untuk keperluan penimbunan lahan (tanah urug) dll.

Kewenangan Pemberian IUP Komoditas Tambang Batuan
untuk melaksanakan kegiatan usaha pertambangan diperlukan Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Izin Usaha Pertambangan (IUP) diberikan setelah mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).

Sejak ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pada tanggal 1 Oktober 2014, kewenangan pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) termasuk perpanjangan izin diberikan oleh Gubernur berdasarkan permohonan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, dan perseorangan.

Tahapan Perizinan Komoditas Tambang Batuan
Permohonan perizinan usaha pertambangan batuan terbagi atas 3 (tiga) tahapan yaitu :
Tahapan Ke- 1
Pemohon (badan usaha, koperasi maupun perseorangan) mengajukan Permohonan Wilayah kepada Gubernur, dengan melampirkan :
1)     Surat Permohonan untuk mendapatkan WIUP, bermaterai;
2)     Akte Pendirian Badan Usaha/Koperasi yang telah disahkan pejabat berwenang;
3)     Susunan Pengurus/Direksi Perusahaan;
4)     Profil perusahaan/koperasi;
5)     Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
6)     Surat Keterangan Domisili;
7)     Kartu Tanda Penduduk;
8)     Peta lokasi yang dimohon beserta titik koordinat.

Tahap Ke- 2
Pemohon (badan usaha, koperasi maupun perseorangan) yang telah mendapatkan Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) segera menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Gubernur, dengan melampirkan :
1)     Surat Permohonan IUP Eksplorasi bermaterai;
2)     Akte Pendirian Badan Usaha/Koperasi yang telah disahkan pejabat berwenang;
3)     Susunan Pengurus/Direksi Perusahaan;
4)     Profil perusahaan/koperasi;
5)     Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
6)     Surat Keterangan Domisili;
7)     Kartu Tanda Penduduk;
8)     Peta lokasi yang dimohon beserta titik koordinat;
9)  Pernyataan mematuhi ketentuan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
10)  Surat pernyataan tenaga ahli geologi/pertambangan;
11)  Bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta WIUP ke Rekening Kas Negara Pendapatan Negara Bukan Pajak yang telah ditentukan.

IUP eksplorasi pada dasarnya meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan.

Tahap Ke- 3
IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi, melampirkan persyaratan :
1)     Surat permohonan IUP Operasi Produksi bermaterai;
2)     Peta wilayah yang dilengkapi dengan titik koordinat;
3)     Laporan Lengkap Eksplorasi;
4)     Laporan Studi Kelayakan;
5)     Rencana Reklamasi dan Pascatambang;
6)     Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB);
7)     Persetujuan Dokumen Lingkungan Hidup;
8)     Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana kegiatan operasi produksi;
9)     Tersedianya tenaga ahli di bidang geologi atau pertambangan.


IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Sunday, May 1, 2016

Geologi Regional Kabupaten Bengkayang

Geologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Geo "Bumi", dan Logos berarti "Ilmu Pengetahuan". Jadi istilah Geologi dapat disimpulkan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi beserta isinya, komposisi lapisan batuan dari kulit bumi (lithosfer), struktur, sifat-sifat fisik, sejarah terbentuknya, hingga proses-proses yang telah menyebabkan keadaan bumi seperti saat ini.

Proses-proses geologi yang telah terjadi secara alamih berjuta tahun yang lalu membentuk zona pantai, dataran alluvial, perbukitan bergelombang hingga pegunungan di Wilayah Kabupaten Bengkayang.

Jika kita menelusuri wilayah Kabupaten Bengkayang yang membentang dari arah barat daya hingga timur laut, bentang alam pantai-dataran alluvial dapat dijumpai di Kecamatan Sei Raya, Sei Raya Kepulauan, dan Monterado. Sedangkan bentang alam perbukitan bergelombang-pegunungan menutupi sebahagian wilayah di Kecamatan Capkala, Samalantan, Lembah Bawang, Sei Betung, Bengkayang, Teriak, Lumar, Ledo, Sanggau Ledo, Tujuh Belas, Suti Semarang, Seluas, Jagoi Babang dan Siding.


Mengacu pada Peta Geologi Lembar Singkawang, yang disusun oleh N. Suwarna, F. De Keyser, R.P. Langford dan D.S. Trail dan dikeluarkan oleh (P3G) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi, maka batuan penyusun di Wilayah Kabupaten Bengkayang dan sekitarnya berturut-turut dari yang tertua-muda (stratigrafi) adalah :

http://baloary.blogspot.co.id/
Peta Geologi Kabupaten Bengkayang

-  Formasi Banan (Rub)
Berumur Trias Akhir, terdiri dari batupasir dan sedikit konglomerat dibagian atas; batupasir dan serpih dibagian bawah. Pengaruh malihan sentuh, termasuk batu tanduk berkembang disekitar terobosan tersier, terutama pada batupasir dan tufa dibagian bawah.

- Formasi Sungai Betung (Jls)
Berumur Jura akhir, terdiri dari perselingan batulumpur, batulanau, batupasir halus – sedang, kelabu muda – hitam, perbandingan batulumpur meningkat ke arah atas; batupasir tufan halus dibagian atas, berlapis baik.   

- Batuan Gunungapi Raya (Klr)
Berumur Kapur Awal, terdiri dari batuan beku luar andesit, dasit dan basal (piroklastik, sedikit lava) serta batuan terobosan; sedikit menyusupi konglomerat, batupasir dan batulumpur; setempat termalihkan oleh batuan terobosan kapur dan tersier, dan termineralisasi dengan pirit, kalkopirit molibdenit dan sfalerit.

-  Granodiorit Mensibau (Klm)
Berumur Kapur Awal. Terdiri dari granodiorit hornblende-biotit, adamelit, tonalit, granodiorit biotit-hornblende, diorit, diorit kuarsa, granit; magnetik sedang sampai kuat; umumnya terubah; setempat tergeruskan kuat, termilonitkan, dan terbreksikan, xenolit batuan gunung api dan sedimen.

-  Gabro Setinjam (Kuse)
Berumur Kapur Akhir. Terdiri dari gabro; halus sampai pegmatitan, umumnya sedang; plagioklas (<50%), horblende, piroksen, olivin dan biotit, setempat berfoliasi dan berlapis.

-  Batuan Gunungapi Serentak (Tes)
Berumur Eosen Tengah. Terdiri dari Tufa lapili, dasitan, kristal dan sela; setempat breksi tufan dan riodasit, kelabu muda sampai kecoklatan; sebagian terubah; urat halus besian, pirit, pirhotit, pirolusit.

-  Dasit Bawang (Teb)
Berumur Eosen Tengah. Terdiri dari dasit, sedikit tonalit, magnetik sedang.

-  Formasi Hamisan (Toh)
Berumur Oligosen. Terdiri dari arenit kuarsa dan sela, konglomerat aneka bahan; setempat dengan sisipan batulempung kelabu; perlapisan silang siur dan perlapisan sejajar.

-  Batuan Terobosan Sintang (Toms)
Berumur Oligosen Awal – Miosen Awal. Terdiri dari diorit, diorit kuarsa, granodiorit, tonalit, gabro kuarsa; mesokratik sampai lekokratik, porfiritik sampai holokristalin; setempat ubahan serisit,  khlorit, epidot, dan karbonat; serisit berkaitan dengan urat kuarsa-kalkopirit-molibdenit dan pirit menyebar; mineralisasi emas; magnetik sedang.

-  Batuan Gunungapi Niut (Tpn)
Berumur Pliosen. Terdiri dari basal porfiri, sedikit andesit basalan

-  Endapan Aluvial Terbiku (Qat)
Berumur kuarter. Tersusun dari kerikil, pasir, lumpur; struktur lapisan silang siur dan bidang; lekuk gerusan, gali dan isi, lapisan mineral berat.

-  Endapan Litoral (Qc)
Berumur Kuarter. Tersusun dari lumpur, pasir, kerikil, setempat gampingan; bahan tumbuhan.

-  Endapan Aluvial dan Rawa (Qa)
Berumur Kuarter. Tersusun dari lumpur, pasir, kerikil dan bahan tumbuhan. 

Struktur Geologi yang berkembang di Wilayah Kabupaten Bengkayang didominasi oleh sesar dan kelurusan dalam batuan gunung api dan plutonik berarah utara-barat daya. Terdapat juga sekumpulan retakan yang saling berhubungan berarah utara-timur laut. Sebahagian wilayah Kabupaten Bengkayang berada di Batuan Gunung Api Raya sisa dari bagian gunung api yang terkikis luas, sebagai penutup Batholit Schwaner dan Singkawang. Batholit ini diduga terjadi diatas lajur penunjaman yang miring ke selatan, berumur Kapur bawah. Granodiorit Mensibau menerobos batuan samping yang berumur Trias Akhir sampai Jura Awal membentuk bagian dari Kawasan Kalimantan Barat Daya.

Berdasarkan beberapa penyelidik terdahulu batuan alas di Kalimantan Barat tersusun oleh litologi batuan beku meta, sediment meta, granit dan batuan mafik/ultra mafik. Batuan alas berumur Pra Tersier yang telah mengalami deformasi tekanan dan pemalihan, pada orogenesa Kapur-Tersier diterobos dan ditutupi oleh batuan gunung api dan subvulkanik berkomposisi menengah sampai mafik. 

Batuan ofiolit dan sediment samudra dari Komplek Mafik Danau dan Kapuas Terdeformasi ke dalam suatu baji akresi berumur Kapur Awal selama penunjaman kea rah selatan di bawah benua yang sekarang diwakili oleh sebagian besar Kalimantan dan sekitar Paparan Sunda.  Penunjaman yang diikuti oleh pembentukan sebuah busur magmatis tepian benua yang besar dan sisanya terawetkan sebagai Batolit Schwaner dan batolit lainnya. 

Pembentukan sebagian besar cekungan turbidit terjadi pada jaman Kapur Akhir, batuan sedimen ini kemudian diterobos oleh granit mengandung bijih timah yang berumur Kapur. Batuan gunungapi felsik yang berumur Eosen Tengah terbentuk pada dasar cekungan tanah muka di selatan jalur lipatan Kapuas, dengan penyebaran yang sangat luas. 

Pembentukan cekungan-cekungan antara gunung seperti yang dikenal sebagai Cekungan Melawi, Mandai dan Ketungau terjadi kala Eosen Akhir-Oligosen. Pada Oligosen-Miosen, cekungan tanah muka mengalami pengangkatan yang disertai oleh pembentukan batuan terobosan yang dikenal sebagai terobosan Sintang Dasitik yang disertai oleh pembentukan endapan emas, logam dasar dan air raksa. 

Sistem busur tersebut sebagian besar terdapat di Busur Magmatik Kalimantan Tengah, Busur Magmatik Paparan Sunda dan Busur Magmatik Schwaner. Pada umumnya formasi batuan yang merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam (host rock) adalah batuan vulkanik. Namum demikian dibeberapa tempat mineralisasi tersebut juga dapat terbentuk dalam lingkungan batuan sedimen seperti endapan tipe skarn.

Sumber :
  1. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat, "Penelitian dan Pendataan Potensi Tambang", Tahun 2010;
  1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung,"Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan,  Skala 1 : 250.000", Suwarna. N dan Langford. RP, Tahun 1993.