Pages

Tuesday, July 12, 2016

REE : Keterdapatan dan Kegunaannya

Pembentukan REE
Beberapa tahun terakhir pada kegiatan penyelidikan mineral logam sering dibicarakan tentang Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Apa itu REE atau LJT?

Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) merupakan jenis logam yang keterdapatanya di alam tidak secara tunggal dalam sebaran dengan jumlah besar, tetapi ditemukan dalam jumlah kecil sebagai ikutan. Pada umumnya selalu hadir menyatu bersama mineral lain. Jenis logam tanah jarang ini terdiri dari 17 unsur logam yaitu Scandium (Sc), Yttrium (Y), Lanthanum (La), Cerium (Ce), Praseodymium (Pr), Neodymium (Nd), Promethium (Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb), Dysprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Thulium (Tm), Ytterbium (Yb), dan Lutetium (Lu).

Pembentukan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) berasal dari sisa larutan magma yang mengandung gas-gas berunsur logam (pneumatolisis) pada batuan granit berkomposisi tertentu berumur Trias-Jura (sekitar 200 juta tahun lalu) yang menerobos batuan metasedimen metamorf berumur Permo-Karbon (sekitar 300 juta tahun lalu). Gas-gas yang mengandung unsur logam ini dapat pula terbentuk pada batuan yang diterobos itu sendiri. Selanjutnya, dengan kondisi sedemikian rupa, gas-gas tersebut tidak mudah lolos ke luar dan masih tertahan di bawah penudung (penutup) batuan metasedimen-metamorf berumur Permo-Karbon, membentuk endapan timah pada bagian atas (cupola) tubuh granit itu sendiri.

Dalam keadaan ini, timah terendapkan bersamaan dengan mineral-mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) sebagai inklusi (pengotor) dalam granit yang sama. Mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) ini adalah monasit, zircon dan xenotim. Dengan posisi morfologi ketinggian tertentu, proses pelapukan berlangsung sehingga granit yang mengandung timah dan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) itu tersingkap. Selanjutnya, terjadi pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bagian endapan primer dari granit itu di lereng hingga jauh ke lembah-lembah dan bermuara ke dasar laut.

Keterdapatan dan Potensi REE
Berdasarkan penyelidikan selama ini, potensi REE atau LTJ cukup luas penyebarannya. Salah satu sumber keterdapatan REE atau LTJ adalah mineral timah yang terdapat sebagi mineral sisa buangan pengolahan (mineral tailing) timah. Aspek sumber daya REE atau LTJ bila dikaitkan dengan mineral tailing timah yang umumnya dalam bentuk mineral monasit, xenotim dan zirkon, yang juga salah satu sumber unsur radioaktif, merupakan sumber daya yang sangat potensial. Diperkirakan volumenya sangat besar bila dihitung sejak awal berproduksinya timah di wilayah Bangka-Belitung, yang dimulai sekitar pertengahan abad 18 hingga sekarang. Cadangan ini sudah termasuk sumber daya monasit hipotetik di Bangka-Belitung-Kundur-Kampar yang ditafsirkan dari hasil penyelidikan konservasi Badan Geologi yang mencapai 185.992 ton (Badan Geologi, 2007).

Dengan masih berlangsungnya kegiatan penambangan timah plaser di Bangka-Belitung dan Singkep-Kundur, baik di darat maupun di laut, muncul pertanyaan, seberapa besar cadangan REE atau LTJ yang masih belum/akan ditambang sebagai bakal mineral tailing? Dengan kata lain, seberapa besar cadangan REE atau LTJ pada endapan plaser yang ada? Berdasarkan data yang dikompilasi PSDG, Badan Geologi (2012) potensi REE atau LTJ dalam endapan plaser di wilayah darat untuk Bangka-Belitung tidak cukup besar dibanding potensinya pada mineral tailing, yaitu diperkirakan sekitar 17.785 ton.

Jadi, berdasarkan data hingga saat ini, total REE atau LTJ sebagai produk sampingan dari tambang timah plaser dan endapan plaser yang ada adalah 760.620 ton (742.835 ton + 17.785 ton). Sementara itu, dari tiga kali tahap penyelidikan yang dilakukan di Daerah Parmonangan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, telah dianalisis seanyak 15 unsur tanah jarang. Hasilnya, diperoleh nilai kandungan REE atau LTJ yang cukup penting, yang ditunjukkan oleh Ce sebesar 600 ppm hingga 1400 ppm, La (400 ppm – 1000 ppm), dan Pr (600 ppm – 1400 ppm). Ada pun kandungan unsur REE atau LTJ lainnya umumnya kurang dari 100 ppm. Hasil perhitungan sumber daya hipotetis REE atau LTJ di Tapanuli Utara tersebut berkisar 8.852 ton hingga 20.803 ton atau 14.827 ton bila dirata-ratakan. Dengan demikian, bila dijumlahkan dengan hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh bahwa total angka sumber daya REE atau LTJ Indonesia mencapai 775.447 ton.

Penyelidikan yang dilakukan Badan Geologi dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah menemukan indikasi jenis endapan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) lainnya. Diantaranya, jenis pelapukan residual diatas batuan beku asam (granit) kurang lebih mirip dengan endapan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) yang ditambang di Jiangxi, Cina, dimana ahli geologi disana menyebutnya jenis ”ion adsorption-type”. Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) melapuk sempurna dan hampir semua Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) terkonsentrasi berupa lapisan lempung pada kerak lapukan. Jika mengacu kepada hasil penyelidikan Badan Geologi tahun 2009-2010 di Daerah Parmonangan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, proses pelapukannya berlangsung diatas batuan beku asam yang penyebarannya cukup luas dan dikenal sebagai Granit Sibolga yang sudah tersingkap.

Upaya pengembangan untuk menemukan sumber-sumber baru terus dilakukan oleh Badan Geologi bekerjasama dengan PT. Aneka Tambang, Tbk, yang kemudian ditemukan indikasi jenis endapan laterit di Kalimantan Barat. Dalam hal ini pembentukan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) mengikuti proses lateritisasi (pembentukan laterit) sebagaimana berlaku untuk endapan bauksit dan nikel. Laterisasi pada batuan granit, metamorf dan sedimen dalam pembentukan endapan bauksit ini diduga juga membentuk Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ). Indikasi ini telah ditemukan pada endapan bauksit di Kalimantan Barat di mana nilai kandungan Ce yang cukup signifikan dijumpai pada zona dibawah laterit. Tetapi belum diketahui seberapa besar potensi yang ada didaerah ini, dan masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Endapan letakan pasir kuarsa berumur Kuarter di daerah Kalimantan Barat diketahui memiliki potensi sumber daya logam ekonomis, seperti emas dan zirkon. Beberapa peneliti terdahulu juga mengindikasikan kehadiran logam lainnya seperti timah. Diantara semua mineral berat, zirkon secara konsisten hadir dalam jumlah yang cukup tinggi di berbagai lokasi yang diduga berasal dari hasil erosi batuan granitik penyusun batholith Singkawang maupun batuan metamorf. Sedangkan mineral berat lainnya dijumpai berupa rutil, topas, magnetit, hornblende, aegirin, epidot, staurolit, hematit, pirit, molibdenit dan kalkopirit. Beberapa mineral berat lainnya yang dikenal membawa logam ekonomis seperti kasiterit (Sn), monasit (Th, REE) dan alanit (REE) dijumpai di beberapa tempat seperti Sambas dan Bengkayang, yang menunjukkan adanya potensi endapan logam timah, Th dan REE.

Kegunaan REE
Beberapa contoh mengenai penggunaan REE dalam kehidupan manusia modern masa kini diantaranya yaitu REE dimanfaatkan dalam industri teknologi tinggi seperti sebagai katalis dalam proses pengolahan minyak; ditambahkan kecermin karena dapat berfungsi baik untuk memanipulasi refractive index; dalam industri metalurgi REE digunakan dalam proses penggabungan alloys dari alumunium, besi atau baja untuk memperkuatnya; untuk industri phosphorus REE digunakan untuk pengaplikasian dalam membuat cahaya yang berwarna. REE utamanya dalam jumlah kecil relatif terhadap elemen lain memiliki ciri khas magnetis yang membuat penggunaannya sangat efektif dan efisien dalam produk-produk yang membutuhkan daya magnet yang kuat, contohnya material dari campuran samarium-cobalt dan juga campuran dari neodymium-iron-boron adalah magnet terkuat di dunia.

Secara praktis, penggunaan elemen-elemen ini bervariasi sebagai bagian dari material pembentuk komponen produk konsumsi untuk masyarakat luas seperti pengeras suara, kamera, telepon genggam, monitor, komputer, mesin pesawat terbang, mesin x-ray, baterai isi ulang, sampai peralatan penunjang kekuatan militer seperti besi baja kualitas tinggi, bahkan juga sistem kontrol rudal penjelajah, laser pendeteksi, sonar, dan radar, sehingga industri-industri modern masa kini dan terlebih lagi, sistem keamanan di banyak negara, bergantung pada ketersediaan REE.


http://www.baloary.blogspot.com/
Indikasi Keterdapatan REE di Kecamatan Capkala

Sumber Referensi :

REE, Logam Kecil Untuk Teknologi Canggih, 2015, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Eksplorasi Umum REE Di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, 2015, Oleh Kisman dan Bambang Nugroho, Kelompok Program Penelitian Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Komposisi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa Di Kalimantan Barat Berdasarkan Studi Kasus Di Daerah Singkawang Dan Sekitarnya, Oleh Lucas Donny Setijadji, Nur Rochman Nabawi, dan I Wayan Warmada, Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014.


Blog Indonesia Mining Exploration, Logam Tanah Jarang : Kekayaan SDA Yang Terabaikan.Pembentukan REE