Pages

Friday, March 18, 2016

Proses Terjadinya Tsunami



Tsunami, sebuah istilah yang beberapa saat lalu di Indonesia menjadi sebuah momok yang sangat menakutkan saat terjadinya Tsunami dahsyat di Aceh 26 Desember 2004 jam 7.58 minggu pagi. Kejadian yang sangat mengguncang dunia, karena terjadi hampir di pesisir Asia, mulai sumatera, Thailand, India, Srilangka, Malaysia, Singapura bahkan sampai Afrika. Tsunami tersebut diawali oleh sebuah gempa berkekuatan 9.3 Scala Richter dan merupakan gempa bumi terbesar dalam 40 tahun sejarah gempa bumi di wilayah Asia.
 
Apakah “tsunami" itu?  Apa penyebabnya?

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.

Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletus Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.


Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.

Ombak pasang ini nyaris tidak dirasakan bagi orang-orang yang mungkin kebetulan berlayar di tengah lautan, namun efeknya akan sangat terasa di pesisir karena ketinggian gelombangnya akan bertambah.

90% tsunami terjadi akibat gempa laut (tektonik bawah laut) namun bisa saja terjadi oleh gempa bumi vulkanis akibat meletusnya gunung (yang terletak di tengah laut) contohnya letusan Krakatau di Selat Sunda.

(Berbagai Sumber, Distamben-SDM Kab. Bengkayang)

Saturday, March 12, 2016

Prospek Bahan Galian Industri Ballclay


Pada kesempatan ini, saya akan mengulas mengenai keterdapatan endapan bahan galian industri Ballclay yang terdapat di Desa Pawangi Kecamatan Capkala, secara regional dapat dilihat pada potensi sumber daya mineral di Kabupaten Bengkayang.

Ballclay merupakan sejenis lempung yang mempunyai sifat sangat plastis dan sebagian besar terdiri dari mineral kaolinit tidak sempurna (disordered kaolinite). Nama ballclay berasal dari Negara Inggris yang dahulu menambang lempung jenis ini dengan cara memotong menjadi blok lempung seukuran 1 kaki kubik yang kemudian dapat dibentuk membundar seperti bola. Umumnya ballclay terdiri dari campuran sekitar 70% disordered kaolinite dengan illit, kuarsa, monmorilonit, klorit dan sejumlah kecil material organik. Zat organik dapat menyebabkan ballclay berwarna agak gelap, abu-abu tua atau kecoklatan. Kandungan organik bersama-sama dengan sifat mineral lempung yang berbutir halus menyebabkan ballclay bersifat sangat plastis dan mempunyai kuat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan kaolin. 

http://baloary.blogspot.co.id/
Penambangan Ballclay

Endapan ballclay umumnya berupa endapan sedimenter, terutama di lingkungan pengendapan rawa-rawa yang terlihat dari asosiasinya dengan material organik atau karbon. Endapan ballclay di daerah ini diperkirakan terbentuk dari hasil pengendapan kembali hasil pelapukan batuan yang berkomposisi asam, dalam hal ini granodiorit. Sifat-sifat fisik dan keadaan ballclay antara lain memiki ukuran partikel yang halus, sifat plastis yang tinggi, memiliki kekuatan kering yang tinggi, penyusutan pada saat pengeringan dan pembakaran tinggi. Warna setelah pembakaran abu-abu muda karena unsur besinya lebih tinggi dibanding kaolin.

Sebaran endapan ballclay terdapat di Desa Pawangi dan sekitarnya, Kecamatan Capkala, tersebar pada areal seluas sekitar 1.800 hektar atau sekitar 18.000.000 meter persegi. Ballclay umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus dan sangat plastis. Endapan ballclay membentuk perlapisan mendatar dengan ketebalan bervariasi antara 2 – 4 meter atau rata-rata 3 meter. Di bagian atas biasanya ditutupi oleh tanah penutup yang biasanya berupa lapisan pasir kuarsa setebal rata-rata 1 meter dan batupasir setebal rata-rata 25 cm. Sumber daya tertunjuk ballclay adalah sekitar 1.800 x 10.000 m2 x 3 m  = 54.000.000 m3 atau 140.000.000 ton (Sumber : Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi, oleh : Zulfikar, Sodik Kaelani, Djadja Turdjaja, Tahun 2007).

http://baloary.blogspot.co.id/
Pengolahan Ballclay

Hasil pengolahan Ballclay dalam bentuk Pellet
                          Foto Dok. Dinas ESDM Kab. Bengkayang


Wednesday, March 9, 2016

Rhodonite "Pink Lady" dari Kecamatan Sei Betung



Beberapa waktu yang lalu kita “dihebohkan” dengan cerita batu akik/batu mulia, baik itu pemberitaan dari media televisi, surat kabar, di kedai kopi, di kantor pun pada cerita batu. Hampir dimana-mana setiap orang yang kita jumpai selalu membicarakan "batu", terkadang setiap pembicaraan disertai dengan membawa sampel batuan dengan berbagai bentuk bahkan ada yang sudah diolah. Apa mau kembali ke jaman batu???

Suatu ketika, saya diinformasikan oleh seorang teman yang menemukan sebongkah batu memiliki tekstur unik (menyerupai tekstur kain batik) berwarna kehitaman, kuning kecoklatan sampai pink muda. Timbul rasa penasaran saya, apa benar ditemukan di daerah tersebut, karna saya sering datang ke lokasi itu melakukan pengawasan kegiatan penambangan bahan galian mangan.
 
http://baloary.blogspot.co.id/
Rhodonite
Keesokan harinya dengan ditemani seorang staf, jam 09.00 wib saya lansung menuju lokasi tempat ditemukan “batu unik” itu di Desa Suka Bangun Kecamatan Sei Betung Kabupaten Bengkayang dengan kendaraan roda dua yang berjarak 21 km dari kantor kami. Tidak terlalu jauh dan relatif mudah untuk dijangkau. Setelah bertemu dan berkoordinasi dengan pihak perusahaan (lokasi batuan ditemukan di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan), salah seorang petugas lapangan menyampaikan bahwa aktifitas penambangan baru dimulai lagi, dan selama 2 hari terakhir ada beberapa orang yang datang mencari batu akik di area stock file (lokasi penumpukan mangan). Setelah memohon izin, saya pun lansung menelusuri area penambangan berbekal 1 buah palu geologi. Sekitar 1 jam melakukan penyelidikan, akhirnya ditemukan juga bongkah batuan unik (seperti yang diinformasikan) berwarna pink muda kehitaman seberat 12 kg. Rasa penasaran akhirnya terjawab.

Berbekal panduan literatur ROCK & MINERALS karna sudah pikun banyak yang lupa tentang deskripsi mineral, yah terpaksa harus membaca lagi. Ternyata batuan “unik” yang berasosiasi dengan bijih mangan ini adalah Rhodonite. Mengulas sedikit tentang Rhodonite berasal dari bahasa Yunani, yaitu Rhodos yang berarti “rose” memiliki warna dari pink muda ke merah, terkadang dijumpai berwana kuning kecoklatan jika permukaannya telah teroksidasi menampilkan bentuk/gambar abstrak, sistem kristal triclinic, bentuk kristal tabular, pecahan concoidal, berat jenis 3.5-3.7, kekerasan 6, kecerahan tembus cahaya, komposisi (Mn, Ca)5(Si5O15) manganese silicate. Selain di Kalimantan Selatan Kabupaten Banjar Kecamatan Karang Intan, Rodhonite juga terdapat di Argentina, Chili, Mexico, Peru, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.


http://baloary.blogspot.co.id/
Rhodonite "Pink Lady"

Rhodonite merupakan salah satu jenis batu mulia atau Gemstone, istilah untuk menggambarkan setiap mineral yang sangat berharga dikarenakan memiliki bentuk yang indah, memiliki tingkat kekerasan tertentu (skala mosh), dan keterdapatannya di alam sangat terbatas. Untuk mendapatkan bentuk sesuai dengan keinginan, pengolahannya dilakukan dengan metode cutting (dipotong) dan polishing (dipoles). Rhodonite di sekitar Bengkayang dikenal dengan julukan “Pink Lady”, dikatakan demikian mungkin warna pink umumnya disukai oleh wanita. 
Proses Pemotongan (Cutting)

Hasil Pemolesan (Polishing)

Tuesday, March 8, 2016

Survei Struktur Geologi Hubungannya Dengan Daerah Mineralisasi di Kab. Bengkayang dan Kab. Landak Provinsi Kalimantan Barat



Jenis kekar yang diinventarisir di daerah penelitian umumnya merupakan kekar gerus (shear joint) yang sebagian diantaranya terisi oleh mineral sulfide seperti pirit dan kalkopirit, namun banyak juga yang tidak diisi oleh mineral tertentu atau barrent joint. Arah (trend) dari kekar gerus tersebut umumnya Baratlaut-Tenggara dan Timurlaut-Baratdaya, masing-masing berkemiringan ke Baratdaya dan Tenggara. Adapun kekar bukaan (tension joint) sebagai perangkap dari mineralisasi emas dan tembaga berarah Baratlaut-Tenggara berkemiringan ke arah Baratdaya.

Sumber : Badan Geologi Kementerian ESDM


Secara kinematika, pola tegasan utama yang mengontrol sistem pensesaran di daerah ini adalah U 005º - 185º T dan U 110º - 290º T atau berarah Utara - Selatan dan Baratlaut - Tenggara. Tegasan (stress) berarah Utara-Selatan (U 005º - 185º T) tersebut merupakan control utama terbentuknya sesar geser menganan sebagai koridor atau pembatas dari cebakan urat emas di daerah Semangkong dan G. Suren.

Daerah penelitian sebagian disusun oleh batuan Terobosan Sintang yang secara litologi disusun oleh batuan asam sampai menengah, terdiri dari granit, granodiorit, diorit, mikrodiorit, diorit kuarsa, dan tonalit. Batuan tersebut merupakan sumber dari mineralisasi emas, perak, dan tembaga di daerah ini yang menerobos batuan lebih tua seperti Granodiorit Mensibau dan Batuan Gunungapi Raya berumur Jura awal – Kapur Akhir.


Mineralisasi emas, perak, dan tembaga di daerah ini tercebak dalam sistem urat (kuarsa sebagai mineral gangue dan granit sebagai batuan samping/wall rock) dengan struktur sesar geser menganan (dextral wrench fault) sebagai kontrol utama atau koridor strukturnya. Urat (vein) kursa sebagai pembawa mineral tersebut merupakan kekar bukaan (tensional joint) berarah U 110 °T/66°; dan secara stereografi merupakan bidang yang melewati tegasan menengah dan terkecil atau δ2 dan δ3. 



Sumber : Badan Geologi Kementerian ESDM

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, analisis dan interpretasi data, diperoleh kesimpulan mengenai struktur geologi hubungannya dengan mineralisasi di daerah penelitian, yaitu :

1.      Daerah penelitian secara jalur mineralisasi logam Kalimantan dilalui oleh tiga jalur, yaitu : jalur Au-Cu dalam batuan asam-menengah, jalur bauksit dalam granit, dan jalur Cr-Fe dalam batuan ultrabasa,
2.       Batuan sumber / pembawa mineralisasi : Terobosan Sintang (Oligo-Miosen) : diorit, mikrodiorit, granit, granodirit, diorit kuarsa, dan tonalit,
3.       Arah umum lineasi (kelurusan sesar) : (U 10º -190º T); Secara umum didominasi oleh arah U 155º -335º T (mode) pada kisaran (U 150º-330º T) dan (U 160º -340º T),
4.     Sesar yang mengontrol mineralisasi (sebagai koridor struktur) : sesar geser menganan atau Dextral wrench fault berarah U 157 ºT/83º, atau sesar-sesar berarah U 155º -335º T (Tenggara-Baratlaut),
5.        Arah mineralisasi urat (vein) : tensional joint U 110 ºTE/66º-77o),
6.      Mineralisasi : pirit, malahit, azurit dengan batuan samping berupa granit dan gangue minerals berupa kuarsa,
7.        Mineral ekonomis : emas, perak, tembaga, dan bauksit,
8.        Tipe cebakan (emas, tembaga) : epitermal berupa tipe urat (stock work)

Sumber :  Badan Geologi – Kementerian ESDM